Kartini di Zaman Internet - Long Life Education

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Thursday, April 23, 2009

Kartini di Zaman Internet

Peringatan hari Kartini saat ini tidaklah terasa kehebohannya seperti tahun-tahun sebelumnya. Mungkin karena bertepatan dengan hingar bingarnya pelaksanaan Pemilu atau mungkin karena ada hal lain yang lebih mengasyikkan bagi kartini-kartini zaman sekarang.

Dengan berbagai kemudahan dan teknologi yang semakin canggih dan terjangkau telah membawa banyak perubahan pada wanita-wanita Indonesia saat ini. fenomena Facebook, Yahoo Messenger dan berbagai media sosial lainnya ada di mana-mana. Virusnya menyebar dengan sangat cepat, tidak hanya wanita-wanita karier yang bekerja di kantor, tapi ibu-ibu rumah tangga yang berada di rumah pun sama-sama kegilaan.

Jarang sekali pada zaman sekarang rumah makan atau café yang tidak menyediakan fasilitas hotspot. Dan saya sendiri sering melihatnya, meja-meja di café dan restoran penuh dengan orang yang asyik di depan laptop atau handphone canggihnya. Apakah yang mereka lakukan, mau makan atau mau internet gratisan?

Mereka sibuk chatting, YM-an, atau meng-up date FB, mengobrol dengan teman-teman lewat internet. Tapi apakah mereka punya waktu untuk bertegur sapa, bersilaturrahmi dengan tetangga kanan kirinya? Sungguh sangat disayangkan. Entah dari mana faham itu bermula, bahwa jika kita tidak tahu apa itu YM, FS atau http://elmarzuqi.blogspot.com maka kita dianggap tidak gaul alias katro (meminjam istilah mas Tukul). Tapi jika kita tidak kenal tetangga sebelah rumah kita, ah
itu mah wajar saja. Subahanallah ...

Semua fasilitas yang ada di internet bisa menjadi sesuatu hal yang positif jika kita bisa menggunakannya dengan bijak dan sesuai fungsinya. Namun sebaliknya jika digunakan hanya sebagai hiburan dan pengisi waktu luang, mungkin akan berakibat negatif dan jadi ketagihan.

Beberapa waktu yang lalu saya membaca sebuah postingan di salah satu milist yang isinya berbunyi tentang puisi seorang anak yang kesepian dan memprotes pada ibunya karena ibunya tidak punya waktu untuk memberikan kasih sayang karena perhatian dan waktunya telah tersita oleh FB. Pagi, siang, sore sampai malam, sibuk di depan laptop dan tertawa-tawa sendiri.

Mari kita kembali melihat sejarah, bagaimana Kartini memanfaatkan fasilitas yang ada pada saat itu (surat menyurat) untuk berkorespondensi dengan beberapa orang seperti Stella, Ny. Van Kol, Ny. Abendanon dan Ny. Ovink-Soer, dengan maksud untuk menambah wawasannya meski pada kenyataannya mereka mencekoki Kartini dengan faham-faham mereka dan membuatnya menjadi kebarat-baratan.

Kegiatan Kartini pada saat itu dengan maksud yang baik yaitu untuk belajar dari dunia luar (karena pada saat itu Kartini terkungkung di balik tembok rumahnya). Tapi mari kita lihat pada zaman sekarang, di mana dengan berdiam diri di dalam rumah saja kita bisa melanglang buana ke mana saja, namun sungguh disayangkan banyak yang tersia dengan semua fasilitas yang memudahkan tersebut.

Saya sedih dan heran ketika membaca di sebuah surat kabar yang memuat berita tentang sebuah acara di salah satu stasiun televisi swasta yang pesertanya adalah ibu-ibu. Salah satu peserta dengan bangga mengatkaan alasannya ikut cara tersebut karena ingin terkenal. Tetapi apa yang harus dikorbankan? Dia meninggalkan anak-anaknya, yang salah satunya masih berusia 5 bulan! Na'udzubillah ...

Apakah Kartini-Kartini zaman sekarang telah kehilangan nalurinya dan melupakan kodratnya sebagai seorang wanita? Apakah yang akan dikatakan Raden Ajeng Kartini jika beliau masih ada saat ini melihat kaum yang diperjuangkan hak-haknya dahulu sekarang telah melangkah demikian jauhnya?

Huuhh…sungguh berbeda Kartini zaman sekarang yah :(


2 comments:

  1. Kartini sekarang harus anti mati gaya, tidak melek dengan internet

    ReplyDelete
  2. Kita seyogyanya mengenang Kartini pada gagasan, ide, perjuangan dan pandangan-pandangannya tentang ketuhanan, keindahan, humanisme dan nasionalisme.Bikan pada apa yang telah diapresiasikan oleh orang lain. Sebab boleh jadi kita akan terjebak pada sosok Kartini sebagai sebuah nama besar dan menafikan gagasan besarnya, karena hanya akan menjadikan Kartini sebagai mitos yang melengkapi cerita-cerita mitos di negeri kita ini. Kartini adalah puteri sejati yang peduli kaumnya, dimana pada masanya hampir tidak ada orang yang peduli pada nasib perempuan bahkan oleh dan dari kalangan perempuan sekalipun. Biarkanlah semangat tumbuh dan berkembang menyemangati setiap jiwa perempuan Indonesia. Pun, seluruh jiwa anak bangsa ini, karena ide, gagasan, dan spirit untuk maju tidak hanya boleh diklaim oleh segolongan kaum, apalagi oleh hanya karena jenis kelamin.
    Peringatan hari Kartini kali ini mempunyai momentum tersendiri, dimana baru kali ini perempuan Indonesia diikutkan bertarung dalam pemilu secara independen, menampilkan identitas dan jatidirinya sebagai perempuan melalui gender equality dengan laki-laki

    ReplyDelete

Terima kasih jika Anda bersedia memberikan komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here