Orang
bilang kita sekarang berada pada era globalisasi. Artinya dunia sudah menjadi
global. Seakan-akan garis dunia yang panjang garis khatulistiwanya 40.000 km
itu telah mengecil, sehingga peristiwa yang terjadi di suatu pojok dunia, pada
saat yang bersamaan dapat dilihat oleh manusia yang berada di pojok dunia lain
yang berbeda benua. Dunia seakan-akan kehilangan batas-batas geografis,
sehingga seratus lima puluhan negara yang berada di planet bumi ini bagaikan
kapling-kapling dari sebuah real estate. Batas kedaulatan menjadi samar, karena
terobosan informasi dengan segala implikasi budaya dan politik bisa menelusup
tanpa sensor sama sekali.
Orientasi
berfikir manusia dipaksa untuk bersikap secara global. Itu semua terjadi
sebagai dampak dari perkembangan iptek (ilmu pengetahuan dan tekhnologi).
Perpaduan televisi dan satelit dalam rekayasa kemajuan informasi telah menjadi
satu bola salju peradaban dunia yang menggelinding di atas panggung bumi.
Terkadang perkembangan iptek itu merupakan tantangan tersendiri bagi para ahli
hukum agama, para ulama dan fuqoha, misalnya tatkala iptek telah berbicara
tentang reproduksi manusia dengan bio tekhnologi kloning.
Di satu
sisi, kemajuan dalam bidang tekhnologi informasi ini, khususnya media
elektronik telah mendatangkan keuntungan bagi komunitas tertentu, dengan
memanfaatkannya sebagai ajang promosi produk dari berbagi jenis barang
komersial kepada para konsumennya di seantero dunia. Kita lihat saja berbagai
macam iklan di layar TV, mulai dari iklan celana dalam yang dipajang dengan
mempertontonkan wanita aduhai yang berpose tiga perempat bugil dan sangat
seronok, sampai pada iklan produk yang berharga ratusan juta rupiah, yang
lagi-lagi memanfaatkan keindahan tubuh wanita sebagai strategi bisnis.
Ada juga
memang manfaat positif yang dapat kita peroleh dari tayangan televisi, seperti
ceramah-ceramah agama, namun porsinya terlalu sedikit jika dibandingkan dengan
tayangan lainnya yang berdampak negatif terhadap sikap hidup. Bahkan tak
sedikit tayangan-tayangan TV yang mengakibatkan kerusakan moral.
Rayuan mass
media yang menawarkan seperangkat gaya hidup mewah, konsumtif dan bebas,
tampaknya sulit untuk dibendung, baik dengan tindakan maupun dengan peraturan.
Bisa saja ada sekelompok orang yang mencoba mengharamkan TV dengan pertimbangan
presentase mudhorotnya lebih besar, tetapi begitu mereka keluar rumah, mereka
akan menyaksikan televisi hidup di sepanjang trotoar jalan, berupa remaja putri
yang memamerkan aurat, remaja putri yang berpenampilan lebih hebat dari
penampilan bintang-bintang sinetron yang dipelototinya setiap saat di layar
televisinya.
Pendek
kata, globalisasi yang merebak seiring dengan kemajuan iptek termasuk di
dalamnya tekhnologi informasi, di samping telah memberikan kemudahan bagi
manusia, juga telah memberikan dampak negatif yang tidak sedikit. Berbagai
penyakit kejiwaan telah mengakrabi manusia seperti: kebingungan, kesendirian,
neurosis, susah tidur, perasaan frustrasi, mental masa bodoh, dll.
Nilai-nilai
moralpun menjadi longgar, kesucian seksual telah menjadi bahan pelecehan
sehari-hari, nilai-nilai kebangsaan mengendor, solidaritas sosial menjadi motto
dan pemanis retorika belaka. Ketidak-adilan mewarnai pola kehidupan manusia
yang terkikis moral keagamaannya.
Alam tempat
berpijaknya manusia, binatang dan tumbuh-tumbuhan pun tak luput dari kerusakan
akibat ulah-ulah tangan manusia global. Tepatlah sinyaleman Allah dalam surat
Ar-Rum ayat 41:
ty
Artinya:
“Telah Nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (kajalan yang benar)”.
Dunia
dengan segala kecanggihan tehnologinya di samping telah menimbulkan berbagai
macam kerusakan ternyata juga telah banyak melahirkan manusia-manusia aneh. Di
antara yang menonjol keanehannya adalah George W. Bush. Betapa tidak aneh,
mulutnya berteriak mengutuk terorisme, tetapi pada saat bersamaan ia
mempertontonkan tindakan terror paling biadab, tatkala ia dengan dukungan Tony
Blare (PM Inggris) dan George Howard (PM Australia) menginvasi irak tanpa
legitimasi PBB yang terjadi puluhan tahun yang lalu.
Syaikh Abd.
Qodir Al-Jailani pernah memprediksi, bahwa kelak umat manusia akan berjumpa
dengan suatu jenis pemimpin yang mempunyai lidah tetapi tak mempunyai hati, له لسان ولا قلب orang semacam itu
bicaranya bisa lebih manis dari madu, akan tetapi hatinya adalah hati srigala.
Perbuatan mereka didorong oleh kecenderungan mengaktualkan nafsu syaithoniyah,
suatu sifat yang merupakan instink terendah dari manusia.
Rasulullahpun
pernah mengisyaratkan akan munculnya orang-orang aneh, tetapi orang-orang aneh
versi Rasulullah ini adalah orang-orang yang baik, sehingga beliau menyatakan: طو بى للغرباء"” yang artinya “berbahagialah
orang-orang yang aneh”.
Ucapan ini
tentu saja tidak ditujukan kepada George W. Bush dan orang-orang yang satu tipe
dengannya. Tetapi yang dimaksud orang-orang aneh menurut beliau ialah:
“Orang-orang
yang baik yang berada di tengah orang-orang buruk yang banyak, yang
menentangnya lebih banyak dari pada yang mentaatinya” (H.R. Ahmad).
Dengan
redaksi yang lain, alm. M. Natsir menjelaskan bahwa Rasulullah menyatakan: “Berbahagialah
orang-orang aneh yang berusaha memperbaiki sunnahku yang telah dirusakkan
orang-orang”.
Jadi Al-Ghuroba
adalah pelopor penegak kebenaran yang telah diacak-acak manusia. Mereka
sampaikan kebenaran walau di depan matanya menghadap kelewang pedang, karena di
hatinya sudah terhujam rasa cinta kepada sang Maha Benar.
Ketika
manusia sudah merasa asing dengan agamanya, ketika kaum muslimin telah menyimpang
jauh dari sunnah Rasul-Nya dan telah kehilangan jati dirinya yang Islami, Al-Ghuroba
datang menawarkan pelita kesejukan yang memberikan jalan terang bagi manusia
untuk meniti cara hidup yang benar.
Rupanya
sudah menjadi sunnatullah, bahwa sesuatu itu terjadi serba berpasangan.
Sebagaimana firman Allah:
Artinya:
“Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari
apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka sendiri, maupun dari apa
yang tidak mereka ketahui” (Yasin: 36).
Maka
tatkala kerusakan di bumi sudah sedemikian merajalela, akibat perilaku
orang-orang aneh yang destruktif negatif, Allah SWT mengaruniai umat para
ghuroba (orang-orang aneh) yang konstruktif, yaitu orang-orang yang memperbaiki
kerusakan, yang mau menegakkan kembali kebenaran yang telah diinjak-injak.
Setiap ada aksi niscaya akan muncul reaksi.
Sebagaimana
kita saksikan bahwa kerusakan telah merajalela, maka sebagai umat Islam kita
tak boleh diam seribu bahasa. Siapa lagi yang kita tunggu sebagai ghuroba?
Apakah kita tunggu ratu adil datang ke tengah kita untuk memperbaikinya? Tidak,
sebab sosok ratu adil itu tidak jelas. Apakah kita tunggu Rasul Allah yang baru?
Jangan, sebab rasul tak akan ada lagi setelah Nabi Muhammad saw. Para ghuroba
itu bukan orang yang menunggu-nunggu. Mereka adalah orang-orang yang
ditunggu-tunggu. Kalianlah yang ditunggu-tunggu oleh masyarakat, maka antum ini
sebagai ghuroba. Bersiap-siaplah kalian untuk memperbaiki apa yang telah
dirusakkan manusia, dengan senjata amar ma’ruf nahi munkar:
“Dan
hendaknya ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung”. (Ali Imran: 104)
Tentu saja
kita menghendaki keberuntungan. Oleh karena itu marilah kita laksanakan amar
ma’ruf nahi munkar sesuai dengan kemampuan kita masing-masing. Marilah kita
masuk barisan orang-orang aneh yang ditunggu-tunggu umat untuk memperbaiki
kerusakan yang telah dilakukan orang-orang aneh yang terlaknat.
Sadarilah,
bahwa apabila gerakan ishlah dengan amar ma’ruf nahi munkar ini telah diabaikan
oleh semua orang, maka orang-orang yang tidak melakukan kerusakan pun akan
terkena siksa Allah. Camkanlah firman Allah berikut ini:
Artinya:
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang
zholim, saja di antara kamu (yaitu mereka yang telah melakukan kerusakan di bumi).
Dan ketahuilah bahwa Allah sangat pedih siksanya”. (Al-Anfal: 25). (KH. Asrori Muhtarom, Pimpinan PP Darul Mujahadah)
No comments:
Post a Comment
Terima kasih jika Anda bersedia memberikan komentar