Uwais Al-Qarni - seorang pemuda miskin penduduk desa Qaran di Yaman. Dia menjalani kehidupan yang sulit bersama ibunya yang seorang janda. Ia pernah menderita penyakit kusta. Pakaiannya hanya ada dua helai. Uwais Al-Qarni bekerja hanya sebagai penggembala hewan ternak dengan upah tak seberapa. Dengan keadaan Uwais yang seperti itu ia sering ditertawakan, diolok-olok, dihina, dan dituduh mencuri ini mencuri itu. Tetapi semua perlakuan masyarakat seperti itu ia terima dengan sabar. Mudah-mudahan dari Khutbah Jum'at ini dapat kita ambil pelajaran berharga. Aamiin.
Khutbah I
اْلحَمْدُ للهِ
اْلحَمْدُ للهِ الّذي هَدَانَا سُبُلَ السّلاَمِ، وَأَفْهَمَنَا بِشَرِيْعَةِ
النَّبِيّ الكَريمِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لا شَرِيك
لَه، ذُو اْلجَلالِ وَالإكْرام، وَأَشْهَدُ أَنّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسولُه، اللّهُمَّ صَلِّ و سَلِّمْ وَبارِكْ عَلَى
سَيِّدِنا مُحَمّدٍ وعلى اله وأصْحابِهِ وَالتَّابِعينَ بِإحْسانِ إلَى يَوْمِ
الدِّين، أما بعد: فيايها الإخوان، أوصيكم و نفسي بتقوى الله وطاعته لعلكم تفلحون،
قال الله تعالى في القران الكريم: أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمان
الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا الله وَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًا، يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ
يُطِعِ الله وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا وقال تعالى يَا اَيُّهَا
الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ
وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. صدق الله العظيم
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Allah SWT berfirman dalan Surah Al-Hujurat,
Ayat 13:
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara
kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa.”
Dalam ayat di atas terdapat 3 (tiga) kata
kunci. Pertama “mulia”, kedua “Allah”, dan ketiga “takwa”. Ayat ini mengandung
maksud bahwa mulia tidaknya seseorang sesungguhnya bergantung pada ketakwaannya
kepada Allah SWT dan bukan kepada hal-hal yang bersifat duniawi. Dengan kata
lain, yang disebut orang mulia sesunguhnya adalah mereka yang senantiasa
berbuat kemuliaan berupa ketakwaaan. Definisi ini bersifat teologis karena
bersumber pada keyakinan akan kebenaran firman Allah SWT di dalam
Al-Qur’an.
Berdasar pada pandangan teologis tersebut, kita
bisa membedakan antara orang mulia dengan orang yang dimuliakan. Orang mulia
adalah mereka yang dimuliakan Allah karena senantiasa berbuat kemuliaan dengan
melaksanakan hal-hal yang diperintahkan Allah SWT, dan meninggalkan apa yang
dilarang-Nya. Sedangkan orang yang dimuliakan adalah mereka yang secara
sosiologis dihormati masyarakat karena memiliki latar belakang tertentu
seperti: jabatan, keturunan, kekayaan, keilmuan atau keahlian, dan
sebagainya.
Sidang
Jum’ah rahimakumullah,
Lewat khutbah ini, khatib ingin mengajukan
pertanyaan apakah orang mulia di sisi Allah itu sekaligus orang yang dimuliakan
di dunia ini? Dengan kalimat lain, apakah orang-orang mulia karena ketakwaannya
kepada Allah selalu dimuliakan juga oleh masyarakat dalam kehidupan
sehari-harinya?
Jawabnya, “tidak selalu” karena secara faktual
ada beberapa orang mulia di sisi Allah keberadaannya diremehkan oleh masyarakat
disebabkan tidak memiliki latar belakang tertentu yang bersifat duniawi seperti
jabatan penting, kekayaan melimpah, nasab tinggi, dan lain sebagainya. Tentu
saja ada banyak orang mulia di sisi Allah yang juga dihormati dalam masyarakat
karena memiliki kriteria-kriteria tertentu yang berlaku di masyarakat seperti
tersebut di atas.
Sidang Jum’ah rahimakumullah,
Salah satu contoh orang mulia di sisi Allah
tetapi tidak dihormati oleh masyarakat adalah Uwais Al-Qarni - seorang pemuda
miskin penduduk desa Qaran di Yaman. Dia menjalani kehidupan yang sulit bersama
ibunya yang seorang janda. Ia pernah menderita penyakit kusta. Pakaiannya hanya
ada dua helai. Uwais Al-Qarni bekerja hanya sebagai penggembala hewan ternak
dengan upah tak seberapa. Dengan keadaan Uwais yang seperti itu ia sering
ditertawakan, diolok-olok, dihina, dan dituduh mencuri ini mencuri itu. Tetapi
semua perlakuan masyarakat seperti itu ia terima dengan sabar.
Ketika pada suatu hari ada seseorang yang
bermaksud memberikan sedekah berupa dua helai pakaian, Uwais Al-Qarni
menolaknya. Kepada orang tersebut, Uwais Al-Qarni mengatakan:
“Saya khawatir kalau pakaian ini saya terima,
nanti orang-orang mengintrogasi saya dari mana saya mendapatkan pakaian ini.
Mereka pasti tidak percaya dengan jawaban saya. Mereka akan menuduh saya kalau
pakaian ini saya dapat kalau tidak dengan membujuk ya mencuri”.
Sidang
Jum’ah rahimakumullah,
Sungguhpun Uwais Al-Qarni hidup dalam
kemiskinan, ia menjalani kehidupannya dengan penuh ketakwaan. Bahkan
ketakwaannya diakui oleh Rasulullah SAW meskipun diantara mereka belum pernah
saling bertemu. Hal yang sangat menonjol dari ketakwaan Uwais Al-Qarni
sebagaimana diceritakan Rasulullah SAW adalah baktinya kepada sang ibu yang
luar biasa. Sejak kecil Uwais Al-Qarni selalu taat dan hormat kepada ibunya.
Ketika sang ibu telah tua dan lumpuh, bakti Uwais kepada sang ibu semakin
bertambah.
Suatu hari sebenarnya ia sangat rindu untuk
bertemu Rasulullah SAW, namun ia selalu mengurungkan niatnya karena tak tega
meninggalkan sang ibu sendirian di rumah tanpa ada yang merawatnya. Ketika pada
suatu hari ia melihat ibunya cukup sehat, ia mendekat padanya untuk
menyampaikan isi hatinya, yakni ingin bertemu atau sowan kepada Rasululullah
SAW di Madinah. Uwais Al-Qarni memohon ijin kepada ibunya agar diperkenankan.
Sang Ibu sangat terharu dengan keinginan Uwais untuk bertemu Rasululllah SAW.
Sang ibu menjawab:
“Pergilah wahai anakku! Temuilah Nabi Muhammad
SAW di rumahnya. Dan bila telah berjumpa, segeralah engkau kembali pulang”.
Akhirnya berangkatlah Uwais Al-Qarni ke Madinah
yang jaraknya dari Yaman sekitar 400 kilometer. Tibalah Uwais Al-Qarni di kota
Madinah dan segera menuju rumah Nabi Muhammad SAW. Diketuknya pintu rumah itu
sambil mengucapkan salam. Tak ada jawaban dari Rasulullah SAW. Ia hanya
mendapat jawaban dari istri beliau Aisyah RA yang mengatakan Rasulullah SAW
sedang berada di medan perang dan belum diketahui kapan beliau kembali. Uwais
Al-Qarni teringat pesan ibunya untuk segera pulang. Maka segeralah ia pulang ke
Yaman meski dengan hati yang hampa karena gagal bertemu Rasulullah SAW yang
sangat dirindukannya. Namun sebelum pulang, Uwais Al-Qarni sempat menitipkan
salam untuk Rasulullah SAW lewat Aisyah RA.
Ketika Rasulullah SAW pulang ke rumah, Aisyah
RA memberitahukan tentang kedatangan seorang laki-laki tak dikenalnya beberapa
waktu sebelumnya. Rasulullah SAW menjelaskan kepada Aisyah bahwa laki-laki itu
bernama Uwais Al-Qarni meski beliau belum pernah bertemu secara langsung. Ia
adalah anak yang sangat taat kepada ibunya. Ia tak populer di kalangan penduduk
bumi karena miskin sekali, tetapi ia sangat terkernal di kalangan penduduk
langit.
Sedemikian istimewa Uwais Al-Qarni hingga
Rasulullah SAW menceritakannya kepada Umar bin Khattab RA dan Ali bin Abi
Thalib RA:
سَيَقْدَمُ عَلَيْكُمْ
رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ , فَدَعَا اللَّهَ لَهُ
فَأَذْهَبَهُ اللَّهُ ، فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَهُ
Kelak akan datang seorang laki-laki bernama
Uwais. Ia memiliki belang putih. Ia berdoa agar Allah menghilangkan belang itu,
maka Allah menghilangkannya (kecuali di lengannya). Barang siapa diantara
kalian bertemu dia, maka termuilah dia dan mintalah padanya untuk memintakan
ampunan kepada Allah.”
Pesan tersebut akhirnya benar-benar
dilaksanakan oleh Ali bin Abi Thalib RA dan Umar bin Khattab RA ketika
Rasulullah SAW telah wafat. Kepada Uwais Al-Qarni, kedua sahabat besar
Rasulullah SAW tersebut mengatakan:
يَا أُوَيْس إِنَّ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَليه وَسَلَّم أَمَرَنَا أَنْ نَسْأَلُكَ أَنْ
تَسْتَغْفِرُ لَنَا
“Hai Uwais sesungguhnya Rasulullah SAW telah
memerintahkan kami agar engkau memintakan ampunan kepada Allah agar dosa-dosa
kami diampuni-Nya.”
Mendengar apa yang dikatakan Ali bin Abi Thalib
dan Umar bin Khattab RA tersebut, Uwais Al-Qarni hanya bisa menangis, tetapi
kemudian memberikan jawaban bisa jadi orang yang dimaksudkan Rasulullah SAW itu
bukan dirinya. Tetapi Ali bin Abi Thalib RA terus mendesak agar ia mau
mendoakan bagi Umar bin Khattab RA dan Ali bin Abi Thalib RA karena sangat
menyakini bahwa dialah orang yang dimaksudkan Rasulullah SAW. Akhirnya Uwais
Al-Qarni bersedia memenuhi permintaan tersebut dengan memanjatkan doa ampunan
kepada Allah bagi keduanya.
Sidang
Jum’ah rahimakumullah,
Dari kisah Uwais Al-Qarni di atas, ada beberapa
hal yang dapat kita petik sebagai pelajaran berharga. Pertama,
orang mulia karena ketakwaannya kepada Allah SWT akan tetap mulia dan taat
kepada-Nya meski seperti apapun kondisi sosial ekonominya. Ia akan tetap sabar
dan istiqamah menjadi hamba-Nya yang saleh tanpa terpengaruh oleh hal-hal
duniawi seperti tidak dihormati oleh masyarakat karena miskin.
Kedua, janganlah kita memandang seseorang dari sisi
duniawinya, lalu merendahkannya karena bisa jadi ia memiliki sisi ukhrawi yang
jauh lebih baik dari pada kita. Bisa jadi kita membutuhkan pertolongannya di
akherat kelak berupa syafaat karena orang-orang mulia di sisi Allah seperti
Uwais Al-Qarni dapat memberikan syafaat kepada orang-orang tertentu. Disebutkan
dalam beberapa riwayat bahwa Uwais Al-Qani kelak ketika memasuki pintu surga
diberhentikan langkah kakinya oleh Allah SWT. Allah menghendaki agar Uwais
Al-Qarni berhenti sebentar untuk memberikan syafaat terlebih dahulu kepada
orang-orang dari kabilah Rabiah dan Mudhar yang membutuhkan
pertolongannya.
Sidang
Jum’ah rahimakumullah,
Semoga kita semua dapat mengambil manfaat
sebesar-besarnya dari kisah Uwais Al-Qarni. Barangkali di sekitar kita, ada
orang-orang yang keadaannya mirip dengan Uwais Al-Qarni meski tidak sama
persis, yakni tidak populer di masyarakat karena status sosialnya yang rendah.
Orang seperti ini bisa jadi sangat poluler di kalangan penduduk langit jika
terbukti memang selalu hidup dalam ketakwaan yang tinggi kepada Allah SWT dan
selalu istiqamah dalam kebaikan-kebaikannya. Tidak selayaknya kita meremehkan
orang seperti ini.
جَعَلَنا اللهُ
وَإيَّاكم مِنَ الفَائِزِين الآمِنِين، وَأدْخَلَنَا وإِيَّاكم فِي زُمْرَةِ
عِبَادِهِ المُؤْمِنِيْنَ : أعوذ بالله من الشيطان الرجيم، بسم الله الرحمن
الرحيم: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًا
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
باَرَكَ اللهُ لِيْ وَلكمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيّاكُمْ بِالآياتِ وذِكْرِ الحَكِيْمِ. إنّهُ تَعاَلَى جَوّادٌ كَرِيْمٌ مَلِكٌ بَرٌّ رَؤُوْفٌ رَحِيْمٌ
Khutbah
II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ
إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ
سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ
اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ
اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ
اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ
الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ
عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ
ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ
وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
No comments:
Post a Comment
Terima kasih jika Anda bersedia memberikan komentar