Yang
terbaik adalah pilihan Allah. Sesungguhnya yang lebih mengetahui tentang
kemaslahatan kita adalah pencipta kita. Dia-lah Allah yang telah menciptakan
kita dan mengetahui apa yang terbaik untuk kita, Dia mengetahui perkara-perkara
gaib di masa depan, Dia-lah Allah SWT.
Sebagaimana yang di dalam Al-Qur’an.
“Apakah
Allah Yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau
rahasiakan); dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui?” (QS. Al Mulk: 14)
Terkadang
kita merencanakan sesuatu, menurut prasangka dan perkiraan kita, apa yang kita
rencanakan adalah yang terbaik bagi diri kita. Kita pun berusaha untuk
meraihnya. Namun ternyata kita gagal setelah berusaha, tidak sesuai dengan apa
yang kita kehendaki. Atau terkadang ada musibah yang menimpa kita, yang
membuyarkan semua yang kita cita-citakan.
Namun ingatlah,
kaum muslimin yang dirahmati Allah SWT.
Jika
seorang hamba telah berusaha dan telah berdoa, maka hasil akhir yang Allah
tetapkan adalah yang terbaik bagi hamba tersebut. Kenapa? Karena yang terbaik
adalah pilihan Allah SWT.
Allah Ta’ala berfirman,
وَعَسَى
أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ
“Boleh
jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Kemudian Allah
tutup ayat ini dengan kalimat,
وَاللهُ
يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ
“Allah
mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)
Dalam ayat yang
lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
فَإِن
كَرِاهْتُمُوهُنَّ فَعَسَى أَن تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيهِ خَيْرًا
كَثِيرًا
“Kemudian
bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak
menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (QS.
An Nisa: 19).
Ada
seorang ulama di masa lalu, ia memiliki seorang anak yang sangat berbakti.
Bakti sang anak ini sangat luar biasa, hingga membuat orang-orang takjub dengan
perbuatannya tersebut. Mereka pun bertanya, apa rahasianya sehingga anak ini
bisa begitu berbakti. Ulama tersebut menjawab, ini lantaran saya sangat
bersabar menghadapi ibunya.
Ibunya
mungkin bukan seorang wanita yang shalehah, mungkin bukan wanita yang begitu
diharapkan, akan tetapi karena sabarnya ulama tersebut menghadapi istrinya,
lahirlah seorang anak yang begitu berbakti dari rahim istri tersebut. Kalau
seandainya ia ceraikan istrinya, mungkin ia tidak mendapatkan anak yang sangat
berbakti seperti anaknya saat ini. Ternyata Allah mengharapkan kebaikan yang
begitu banyak kepada ulama tersebut dengan lantaran ia bersabar menghadapi
istrinya yang tidak begitu shalehah.
Sesungguhnya
Allah SWT telah memberikan beberapa contoh di
dalam Al-Qur’an, bahwa pilihan Allah adalah yang terbaik, yang terkadang di
luar imajinasi kita, di luar dugaan kita, di luar daya hayal kita.
Contohnya
seperti kisah Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
Allah Ta’ala menyebutkan kisah yang sangat luar
biasa tentang Nabi Yusuf di dalam Al-Qur’an.
نَحْنُ
نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ
“Kami
kisahkan kepadamu (wahai Muhammad) kisah yang terbaik.” (QS. Yusuf: 3)
Kisah
siapa? Kisah Nabi Yusuf. Kisah yang dipenuhi dengan peristiwa-peristiwa yang
menakjubkan. Bagaimana Allah SWT memberikan
karunia kepada Nabi Yusuf dalam bentuk ujian-ujian. Oleh karenanya kata para
ulama terkadang karunia atau anugerah, Allah berikan dalam bentuk ujian. Dan
ini yang pernah dialami oleh Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
Kita tahu bagaimana nanti di akhir kisah Nabi Yusuf menjadi seorang al-aziz,
seorang menteri yang mulia, yang dihormati oleh penduduk negeri Mesir. Ternyata
kebahagiaanya di akhir diraih dengan rangkaian ujian dan cobaan.
Dari
awal kisah, Allah sebutkan dalam surat Yusuf. Diawali dengan hasadnya
saudara-saudara Nabi Yusuf terhadapnya, akhirnya ia dipisahkan dari ayahandanya
dan dilemparkan ke dalam sumur. Ini ujian yang pertama. Ternyata di masa
mendatang ini adalah sebuah anugerah, namun anugerah tersebut akan digapai
melalui jalan ujian-ujian.
Kemudian
yang kedua. Ada orang yang sedang lewat, lalu ingin mengambil air dari
sumur tersebut, ternyata ada anak kecil, Nabi Yusuf ‘alaihissalam.
Orang yang menemukan ini, bukan malah menyelamatkan dan membebaskan Nabi Yusuf,
malah dia menjadikan beliau seorang budak untuk dijual. Bayangkan! Seorang yang
merdeka dijadikan barang dagangan untuk dijual. Ini musibah kedua yang dialami
Nabi Yusuf.
Akan
tetapi ternyata, tatkala Nabi Yusuf menjadi budak ini, ini adalah langkah
menuju kebahagiaan. Nabi Yusuf dibeli oleh pembesar negeri Mesir, kemudian
dirawat di istana yang megah, dan akhirnya Nabi Yusuf menjadi seorang pemuda
yang sangat tampan. Lalu muncullah musibah berikutnya.
Nabi
Yusuf dirayu oleh pemaisuri untuk diajak berzina. Nabi Yusuf menolak sehingga
beliau dijebloskan ke dalam penjara. Ini ujian yang ketiga. Bayangkan!
Ujian datang setelah ujian. Beliau pun tetap bersabar.
Kemudian
setelah beberapa saat di penjara, datanglah dua orang yang ingin ditafsirkan
mimpinya. Nabi Yusuf menafsirkan mimpi kedua orang tersbut dengan mengatakan
‘engkau akan dibunuh. Sedangkan engau akan selamat dan menjadi pelayan yang
menuangkan minuman untuk sang raja’. Lalu Nabi Yusuf berpesan kepada orang yang
akan selamat ini, ‘Jangan lupa engkau sebutkan kebaikan-kebaikanku di sisi sang
raja’. Apa maksud Nabi Yusuf? Yaitu apabila sang raja mengetahui bahwasanya
Nabi Yusuf adalah orang yang shaleh, yang mampu menafsirkan mimpi, maka Nabi
Yusuf akan dibebaskan dari penjara.
Ternyata
Allah menakdirkan lain, orang yang telah bebas ini lupa untuk menyebutkan
kebaikan-kebaikan Nabi Yusuf di sisi sang raja. Akhirnya, bertambah beberapa
tahun lagi Nabi Yusuf harus mendekam di penjara gara-gara orang ini lupa.
Ternyata
Allah punya sekenario yang lain. Lupanya orang tersebut ternyata adalah sebuah
anugerah. Sampai kapan? Sampai sang raja sendiri yang bermimpi.
إِنِّي
أَرَى سَبْعَ بَقَرَاتٍ سِمَانٍ يَأْكُلُهُنَّ سَبْعٌ عِجَافٌ وَسَبْعَ سُنبُلاَتٍ
خُضْرٍ وَأُخَرَ يَابِسَاتٍ
“Sesungguhnya
aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh tujuh
ekor sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh
bulir lainnya yang kering.” (QS. Yusuf: 43)
Tatkala
itu tidak ada seorang pun yang mampu menafsirkan mimpi sang raja, akhirnya
ingatlah orang tersebut bahwa Nabi Yusuf mampu menafsirkan mimpi. Ia
mengatakan,
وَادَّكَرَ
بَعْدَ أُمَّةٍ أَنَا أُنَبِّئُكُمْ بِتَأْوِيلِهِ فَأَرْسِلُونِ
Orang
itu teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: “Aku akan
memberitakan kepadamu tentang (orang yang pandai) mena’birkan mimpi itu, maka
utuslah aku (kepadanya).” (QS. Yusuf: 45)
Allah
menjadikan orang ini ingat tatkala sang raja langsung yang bermimpi. Nabi Yusuf
pun menafsirkan mimpi sang raja dan masyhurlah Nabi Yusuf sebagai seorang yang
hebat. Akhirnya Nabi Yusuf pun diangkat menjadi seorang menteri yang mulia.
Lihatlah!
Rentetan ujian yang dihadapi Nabi Yusuf ternyata semua itu kesimpulannya adalah
anugerah, kesimpulannya adalah karunia, Allah hendak mengangkat Nabi Yusuf
sebagai seorang pembesar di negeri Mesir bahkan seorang raja. Tidak hanya itu,
dengan lantaran itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menakdirkan
Nabi Yusuf membawa ayah, ibu, saudara-saudaranya tinggal bersama di negeri
Mesir dari kehidupan yang sulit menuju kehidupan yang lapang. Ini adalah
anugerah yang sangat luar biasa, walaupun ceritanya tidak seperti yang kita
bayangkan. Tidak semua anugerah datang dengan jalan penuh kenikmatan,
sebagaimana karunia yang didapatkan Nabi Yusuf harus melewati berbagai ujian.
Demikianlah
karunia Allah, terkadang didapatkan dengan penuh kesedihan yang harus dihadapi
dengan kesabaran. Takdir dan ketetapan Allah adalah yang terbaik. Allah adalah
Maha Bijaksana dalam takdir-Nya, Maha Mengetahui apa yang akan terjadi.
Hendaknya kita berbaik sangka terhadap Allah, bukan malah meratapi apa yang
kita hadapi. Ingatlah setelah kesulitan itu ada kemudahan.
No comments:
Post a Comment
Terima kasih jika Anda bersedia memberikan komentar