Di
tengah-tengah panasnya terik matahari di desa Kalisalak, Margasari seorang
pria dengan berbaju lerek dan bertopi hitam sibuk berkeliling kesana
kemari dengan goesan sepedanya yang membawa gerobak es cincau.
Pria
berkelahiran 43 tahun silam bernama lengkap Karipin merupakan suami dari
Masitoh. Dari pernikahannya ia dikaruniai seorang putri bernama Emi
Prasitiowati. Ia berjualan es cincau keliling sekitar 20 tahun lalu. “saya
bekerja sebagai tukang es cincau kelilling sekitar 20 tahun lalu setelah saya
menikah dan sebelum di karuniai seorang anak”. Ujar pak ripin.
Berjualan
es cincau keliling itu tidak mudah, terlebih dimusim hujan. Ia harus merelakan
dirinya kedinginan karena rintikan air hujan, selain itu ia juga rela pulang
lebih lama dengan penghasilan yang lebih kecil dari hari biasanya. Namun ia
tetap bersabar karena inilah kehidupan, kadang diatas dan kadang dibawah. Dan
dibalik itu semua pasti ada hikmahnya. Musim panas merupakan moment kebahagiaan
pak ripin karena ia bisa pulang lebih awal dan berkumpul bersama keluarga.
Penghasilan yang ia dapatkan pun cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Setelah
beberapa tahun kemudian terpaksa ia harus membesarkan putrinya seorang diri karena
sang istri terlebih dahulu dipanggil oleh yang maha kuasa. Seorang penjual es
cincau keliling ini merupakan pria yang bertanggung jawab, ia bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Suatu saat ia menikah kembali dengan
seorang gadis muda, namun pernikahan ini tidak berlangsung lama. Terpaksa ia
harus bercerai dengannya karena beberapa konflik.
Harga es
cincau berkisar dari RP 500,- sampai Rp 1000,-. Penghasilannya pun tidak
terlalu besar. Setiap harinya ia hanya memperoleh keuntungan sebesar Rp
70.000,-. “Penghasilanku ini memang sedikit namun saya yakin pasti rezeki ini
membawa berkah bagi keluargaku”. Ujarnya sambil tersenyum. (febrie).
No comments:
Post a Comment
Terima kasih jika Anda bersedia memberikan komentar