SURABAYA – Setelah masuk dapur selama enam bulan, tim Sapu Angin Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) akhirnya meluncurkan mobil formula baru yang dinamakan Sapu Angin Speed II (SAS II). Mobil itu mulai dirakit sejak Februari lalu. Tepatnya setelah tim Sapu Angin pulang dari laga Shell Eco-marathon2014 di Filipina.
Manajer Tim Sapu Angin ITS Akhmad Ittang Anwarsyah menjelaskan, pembuatan SAS II direncanakan saat evaluasi. Ternyata pembuatan mobil SAS I butuh biaya besar untuk perbaikan. ’’Saat di-arrange, biaya yang dibutuhkan justru lebih kecil kalau kami bikin mobil yang baru,’’ kata mahasiswa teknik mesin itu dalam launching Sapu Angin II di rektorat ITS Minggu kemarin (17/8).
Dengan alasan tersebut, mereka merancang SAS II sekitar enam bulan. Menurut mahasiswa yang akrab disapa Ittang itu, perbedaan yang signifikan antara SAS I dan SAS II terletak pada mesin.
Pada SAS I, mesin yang digunakan adalah ninja 600 cc dengan empat silinder. SAS II memakai husaberg 450 cc dengan silinder. Perbedaan silinder tersebut membuat mesin lebih ringan. Mesin yang baru itu sengaja dipesan dari Eropa. ’’Sedikit mobil Indonesia yang menggunakan mesin ini. Di Surabaya, hanya ada satu diler resminya,’’ papar mahasiswa angkatan 2010 tersebut.
Ittang dkk percaya mesin itu cocok dengan karakter medan pertandingan yang mirip dengan sirkuit slalom. Semua bahan dan pembuatan mobil tersebut memakan biaya sekitar Rp 250 juta.
Tetapi, yang penting, persiapan mereka matang untuk ajang Student Formula Japan (SFJ) di Ogasayama Sport Shizuoka pada 2–6 September mendatang. SFJ adalah kompetisi yang diadakan Society of Automotive Engineers (SAE) bagi para mahasiswa untuk membuat kendaraan formula yang mengutamakan kecepatan dan keandalan.
Tahun lalu, dalam ajang yang sama, tim Sapu Angin berhasil meraih penghargaan pendatang baru terbaik. Yaitu, The Best Rookie Award. Nah, tahun ini mereka menargetkan mendapat The Best Improvement. Dari ITS, ada 21 orang yang berangkat. Mereka terdiri atas 19 mahasiswa dan dua dosen.
Rektor ITS Prof Tri Yogi Yuwono menuturkan, sejatinya para mahasiswa yang berlaga tidak perlu tertekan dengan target. ’’Ini kan sebuah perjuangan. Yang penting, kalian sudah melewati proses. Soal hasil akhir, jangan terlalu dipikir,’’ ujarnya.
Yogi menambahkan, prestasi yang diperoleh seluruh mahasiswanya tidak lepas dari iklim akademis di kampus. Sinergi antara dosen dan mahasiswa memang penting untuk menghasilkan output semacam prestasi.
Pada kesempatan itu, Yogi juga resmi melepas tim Robot Rine yang akan berlaga di ABU Robocon 2014 di Pune, India, dan 58 tim program kreativitas mahasiswa (PKM) dari ITS yang lolos pekan ilmiah mahasiswa nasional (PIMNAS) di Semarang. Semua event tersebut diadakan bulan ini.
Sumber: jppn
No comments:
Post a Comment
Terima kasih jika Anda bersedia memberikan komentar