Jum’at pagi itu saya melakukan aktifitas olahraga pagi dengan menggowes sepeda tidak jauh dari lokasi tempat tinggal. Hal ini biasa saya lakukan untuk mengisi hari libur yang kebetulan libur saya pada hari Jum’at bukan hari Ahad.
Setelah berkeliling ke jalan-jalan desa yang begitu asri dan sejuk suasananya menuju jalan kecamatan yang ramai karena melintasi pasar, saya melanjutkan perjalanan pulang. Gayuhan pedal sepeda mengiringi peluh keringat yang menetes sebentar dan menghilang karena semilirnya udara yang menerpa.
Saat ku tengok di sebelah kiri jalan ada pemandangan yang menarik bagi saya untuk diungkap pemandangan itu mungkin sudah terbiasa kita lihat tapi tetap saja menarik bagi saya untuk disampaikan.
Pagi itu saya melihat seorang nenek sedang memungut buliran padi yang jatuh ke tanah di pinggir jalan. Si nenek sembari menunggu mobil angkutan yang akan mengangkut beberapa karung padinya ke tempat lain, ia masih mau mengambil buliran padi yang terjatuh dari karungnya. Bagi sebagia orang akan membiarkan begitu saja buliran padi itu tercecer karena tidak sebanding dengan jumlah buliran padi yang ada dalam karung. Tapi tidak untuk si nenek. Ia tetap mengambilnya dengan penuh kasih saying seraya memisahkan tanah dan kerikil yang bercampur dengannya.
Kejadian tersebut memberikan sebuah pelajaran bagi saya tentang menghargai sesuatu. Saya teringat pelajaran yang pernah disampaikan oleh seorang kyai pada saat belajar di pesantren dulu. Sang kyai selalu mengingatkan kepada para santrinya ketika makan agar selalu menghabiskan makanannya tanpa sisa. Bahkan satu butir nasi yang terjatuh jika masih memungkinkan agar diambil dan dibersihkan kemudian dimakan. Beliau berpesan bahwa kita sebagai manusia tidak pernah tau di butir nasi yang manakah keberkahan dalam makanan itu berada?
Siapa yang tahu bahwa nasi yang kita sisakan atau yang terjatuh tadi keberkahan berada? Sehingga sangat dianjurkan untuk selalu menghabiskan makanan yang kita konsumsi. Jika merasa tidak selera agar mengambil seperlunya. Hal ini untuk mencegah agar tidak terjadi hal yang mubadzir. Karena kita tahu bahwa kemubadziran adalah perbuatan yang dilakukan syetan dan orang-orang yang melakukan hal kemubadziran akan menjadi teman-teman syaitan sebagaimana yang Allah firmankan dalam surat Al-Isra ayat 27 berikut:
إِنَّ ٱلْمُبَذِّرِينَ كَانُوٓا۟ إِخْوَٰنَ ٱلشَّيَٰطِينِ ۖ وَكَانَ ٱلشَّيْطَٰنُ لِرَبِّهِۦ كَفُورًا
Artinya: “Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Tuhannya.”
No comments:
Post a Comment
Terima kasih jika Anda bersedia memberikan komentar